Sabtu, 31 Desember 2011

ASBABUN NUZUL

                                                                        PENDAHULUAN

                Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin dan menjadi sumber ajaran Islam yang pertama dan utama yang harus mereka imani dan aplikasikan dalam kehidupan mereka agar mereka memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Karena itu, tidaklah berlebihan jika selama ini kaum muslimin tidak hanya mempelajari isi dan pesan-pesannya. Tetapi juga telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga otentitasnya. Upaya itu telah mereka laksanakan sejak Nabi Muhammad Saw masih berada di Mekkah dan belum berhijrah ke Madinah hingga saat ini. Dengan kata lain upaya tersebut telah mereka laksanakan sejak al-Qur’an diturunkan hingga saat ini. Mengenai mengerti asbabun nuzul sangat banyak manfaatnya. Karena itu tidak benar orang-orang mengatakan, bahwa mempelajari dan memahami sebab-sebab turun al-Qur’an itu tidak berguna, dengan alasan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan ayat-ayat al-Qur’an itu telah masuk dalam ruang lingkup sejarah.

Di antara manfaatnya yang praktis ialah menghilangkan kesulitan dalam memberikan arti ayat-ayatal-Qur’an. Imam al-Wahidi menyatakan; tidak mungkin orang mengerti tafsir suatu ayat, kalau tidak mengetahui ceritera yang berhubungan dengan ayat-ayat itu, tegasnya untuk mengetahui tafsir yang terkandung dalam ayat itu harus mengetahui sebab-sebab ayat itu diturunkan.

Ulama salaf tatkala terbentur kesulitan dalam memahami ayat, mereka segera kembali berpegang pedoman asbabun nuzulnya. Dengan cara ini hilanglah semua kesulitan yang mereka hadapi dalam mempelajari al-Qur’an tentang “Asbabun Nuzul” Dalam hal ini penulis mencoba menuangkan dalam bentuk makalah yang berjudul “ASBABUN NUZUL” dengan harapan semoga makalah ini dapat menambah keimanan dan keilmuan kita baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amien..






A. Pengertian
 Asbabunnuzul Menurut bahasa (etimologi), asbabun nuzul berarti turunnya ayat-ayat al-Qur’an dari kata “asbab” jamak dari “sababa” yang artinya sebab-sebab, nuzul yang artinya turun. Yang dimaksud disini adalah ayat al-Qur’an. Asbabun nuzul adalah suatu peristiwa atau saja yang menyebabkan turunnya ayat-ayat al-Qur’an baik secara langsung atau tidak langsung. Menurut istilah atau secara terminologi asbabun nuzul terdapat banyak pengertian, diantaranya :

1.Menurut Az-Zarqani “Asbab an-Nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi serta hubungan dengan turunnya ayat al-Qur’an yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi”.
2.SubhiShalih   
ما نزلت الآية اواآيات بسببه متضمنة له او مجيبة عنه او مبينة لحكمه زمن وقوعه
“Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat al-Qur’an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa sebagai respon atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum ketika peristiwa itu terjadi”.

Kendatipun penulis pendefinisian di atas sedikit berbeda semua menyimpulkan bahwa asbab an nuzul adalah kejadian/peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat al-Qur’an dalam rangka menjawab, menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut.
Mengutip pengertian dari Subhi al-Shaleh kita dapat mengetahui bahwa asbabun nuzul ada kalanya berbentuk peristiwa atau juga berupa pertanyaan, kemudian asbabun nuzul yang berupa peristiwa itu sendiri terbagi menjadi 3 macam :

1. Peristiwa berupa pertengkaran
Seperti kisah turunnya surat Ali Imran : 100
Yang bermula dari adanya perselisihan oleh kaum Aus dan Khazraj hingga turun ayat 100 dari surat Ali Imran yang menyerukan untuk menjauhi perselisihan.
2. Peristiwa berupa kesalahan yang serius
Seperti kisah turunnya surat an-Nisa’ : 43
Saat itu ada seorang Imam shalat yang sedang dalam keadaan mabuk, sehingga salah mengucapkan surat al-Kafirun, surat An-Nisa’ turun dengan perintah untuk menjauhi shalat dalam keadaan mabuk.
3. Peristiwa berupa cita-cita/keinginan
Ini dicontohkan dengan cita-cita Umar ibn Khattab yang menginginkan maqam Ibrahim sebagai tempat shalat, lalu turun ayat
والتخذ وامن مقام ابراهيم مصلّى

Sedangkan peristiwa yang berupa pertanyaan dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Pertanyaan tentang masa lalu seperti :

“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya". (QS. Al-Kahfi: 83)



2. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu seperti ayat:

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Isra’ : 85)

3. Pertanyaan tentang masa yang akan datang
“(orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya?”


B. Macam-macam Asbab an-Nuzul

1. Dilihat dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat asbab an-nuzul

a. Sarih (jelas)
Artinya riwayat yang memang sudah jelas menunjukkan asbabunnuzul dengan indikasi menggunakan lafal (pendahuluan).
سبب نزول هذه الآية هذا...
Sebab turun ayat ini adalah
حدث هذا... فنزلت الآية
Telah terjadi….. maka turunlah ayat
سئل رسول الله عن كذا... فنزلت الآية
Rasulullah pernah kiranya tentang …… maka turunlah ayat.
b. Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti)
Riwayat belum dipastikan sebagai asbab an-Nuzul karena masih terdapat keraguan.
نزلت هذه الآية فى كذا...
(ayat ini diturunkan berkenaan dengan)
احسب هذه الآية نزلت فىكذا...
(saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan ……)
ما احسب نزلت هذه الآية الا فىكذا...
(saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali berkenaan dengan …)

2. Dilihat dari sudut pandang terbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat atau terbilangnya ayat

untuk satu sebab asbab an-nuzul.
a. Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat
b. Satu sebab yang melatarbelakangi turunnya beberapa ayat.

C.Manfaat asbab an-nuzul

Sebagian orang ada yang beranggapan bahwa ilmu Asbabun Nuzul tidak ada gunanya dan tidak ada pengaruhnya karena pembahasannya hanyalah berkisar pada lapangan sejarah dan ceritera.Menurut anggapan mereka ilmu Asbabun Nuzul tidaklah akan mempermudah bagi orang yang mau berkecimpung dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.

Anggapan tersebut adalah salah dan tidaklah patut didengar karena tidak berdasarkan pendapat para ahli Al-Qur’an yang dikenal dengan ahli tafsir.
Di sini akan diungkap secara sekilas pendapat sebagian ulama dan kemudian akan disertakan beberapa faedah tentang ilmu Asbabun Nuzul.
Al-Wahidy berpendapat: “menafsirkan ayat tanpa bertitik tolak dari sejarah dan penjelasan turunnya tidaklah mungkin.”
Ibnu Taimiyah berpendapat: “Ilmu Asbabun Nuzul akan membantu dalam memahami ayat, karena ilmu tentang sebab akan menimbulkan ilmu tentang akibat”.
Dengan demikian akan jelaslah pentingnya ilmu Asbabun Nuzul sebagai bagian dari ilmu Al-Qur’an.
Adapun faedah dari ilmu Asbabun Nuzul dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Mengetahui bentuk hikmah rahasia yang terkandung dalam hukum.
2. Menentukan hukum (takhshish) dengan sebab menurut orang yang berpendapat bahwa suatu   ibarat itu dinyatakan berdasarkan khususnya sebab.
3. Menghindarkan prasangka yang mengatakan arti hashr dalam suatu ayat yang zhahirnya hashr.
4. Mengetahui siapa orangnya yang menjadi kasus turunnya ayat serta memberikan ketegasan bila terdapat keragu-raguan.
5. Dan lain-lain yang ada hubungannya dengan faedah ilmu Asbaun Nuzul.

Beberapa contoh tentang manfaat ilmu Asbabun Nuzul.
Pertama:
Marwan ibnul Hakam sulit dalam memahami ayat:

Janganlah sekali-kali kamu menyangka, bahwa orang-orang yang bergembira dengan apa yang mereka telah kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksaan. (Ali Imrân: 188).
Beliau memerintahkan kepada pembantunya: “Pergilah menemui Ibnu Abbas dan katakan kepadanya, bila semua orang telah merasa puas dengan apa yang telah ada dan ingin dipuji terhadap perbuatan yang belum terbukti hasilnya pasti ia akan disiksa dan kamipun akan terkena siksa”. Ibnu Abbas menjelaskan kepadanya (pembantu), bahwa ia (Marwan) merasa kesulitan dalam memahami ayat tersebut dan kemudian Ibnu Abbas menjelaskannya: “Ayat tersebut turun sehubungan dengan persoalan Ahli Kitab (Yahudi) tatkala ditanya oleh Nabi SAW, tentang sesuatu persoalan dimana mereka tidak menjawab pertanyaan yang sebenarnya ditanyakan, mereka mengalihkan kepada persoalan yang lain serta menganggap bahwa persoalan yang ditanyakan oleh Nabi kepadanya telah terjawab. Setelah itu mereka meminta pujian kepada Nabi, maka turunlah ayat tersebut di atas. (HR. Bukhari Muslim).

D.Redaksi Asbab an-nuzul
Asbabun nuzul juga mengungkapkan ilmu tentang turunnya ayat-ayat al-Qur’an dimana para ulama berpedoman langsung kepada riwayat yang shahih yang berasal dari Nabi Saw atau dari shabat sejak zaman tarikh Islam klasik yang berisikan kisah-kisah nuzulnya ayat mengenai asbabun nuzulnya suatu ayat terkadang para ulama telah terjadi perbedaan pendapat, misalnya:

a. Apabila bentuk-bentuk redaksi ayat itu tidak tegas, seperti “Aku mengira ayat ini turun mengenai urusan ini” maka dalam hal ini tidak ada kontradiksi.
b. Apabila salah satu bentuk redaksi riwayat itu tidak tegas, seperti “Ayat ini turun mengenai urusan ini”, sedang riwayat lain menyebutkan sebab nuzul dengan tegas yang berbeda dengan riwayat pertama, maka yang menjadi pegangan adalah riwayat yang menyebutkan sebab nuzul secara tegas, dan riwayat yang lain dipandang termasuk di dalam hukum ayat.

c. Para perawi dan kita sekarang dapat membaca dan meneliti keabsahan berita tentang turunnya ayat-ayat al-Qur’an itu, dan dengan demikian dapat memahami al-Qur’an dengan baik. Itulah urgensinya mengetahui asbabun nuzul.




                                                                    P E N U T U P

Kesimpulan
Al-Qur’an merupakan mu’jizat terbesar yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dengan perantaraan Malikat Jibril As. disampaikan secara mutawatir dan bernilai ibadah bagi yang membacanya baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Al-Qur’an yang memiliki cita-cita para Nabi, dan menguraikan masalah hukum-hukum dan lain-lain ternyata ayat tersebut memiliki kekhasan tersendiri, di antaranya:

a. Masalah asbabun nuzul ayat yaitu sebab-sebab ayat-ayat al-Qur’an diturunkan.
b. Adapun asbabun nuzul mempunyai ruang lingkup pembahasan yang berkaitan langsung dengan peristiwa diturunkannya ayat al-Qur’an terutama dalam hubungan peristiwa dan ungkapan kata, baik teks ayat, maupun redaksi ayat.


Jumat, 30 Desember 2011

ABU HURAIRAH

BAB I
PENDAHULUAN 

              Hadits merupakan sumber syari’at Islam kedua setelah Al-Quran. Keberadaannya telah disepakati sebagai pedoman dalam penetapan hukum, baik ubudiah maupun mu’amalah. Bila Al-Quran diterima sebagai sebagai sumber hukum dengan qath’iyyul wurud (mutawatir turunnya), tidak demikian dengan Hadits. Penerimaan keshahihan sebuah Hadits harus melalui penelitian yang akurat dan otentik, baik dari aspek sanad, perowi maupun matannya, sehingga benar-benar yakin akan kualitas keshahihannya. 
         Banyak sekali tokoh yang meriwayatkan hadis, semasa hidupnya memiliki peranan penyebaran agama Islam, mulai dari Nabi Muhammad SAW sendiri, para sahabat yang diangkat menjadi Khalifah, dan para sahabat yang menjadi perawi hadis. Dalam makalah ini, akan dibahas tokoh perawi hadis yang merupakan perawi hadis terbanyak, yang berjumlah 5374 hadis. Abu Hurairah, yang juga dikenal sebagai Bapak Kucing, karena rasa sayangnya terhadap kucing. Abu Hurairah sering juga disebut Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi (lahir 598 – wafat 678). 
        Ibnu Hisyam berkata bahwa nama asli Abu Hurairah adalah Abdullah bin Amin. Beliau berasal dari kabilah Bani Daus. Tulisan sederhana ini akan meyoroti Abu Hurairah, seorang shahabat yang paling banyak meriwayatkan Hadits, namun kemudian ada golongan yang menuduh Hadits riwayatnya mardud (ditolak) karena alasan yang diada-ada. 

BAB II 
PEMBAHASAN

  1. Biografi Abu Hurairah 

         Nama Lengkap Abu Hurairah adalah Abdur-Rahman Bin Shakhr ad-Dausi al   Yamani. Pada masa jahiliyah namanya adalah abdul Syams, kemudian Rosulullah SAW memberi nama Abdur-Rahman kepadanya, meskipun ia lebih dikenal dengan julukannya, yaitu Abu Hurairah. Dijuluki seperti itu karena beliau memiliki seekor kucing kecil yang selalu diajaknya bermain-main pada siang hari atau saat menggembalakan kambing-kambing milik keluarga dan kerabatnya, dan beliau simpan di atas pohon pada malam harinya. Tersebut dalam Shahihul Bukhari, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memanggilnya, “Wahai, Abu Hir”. Ibunya bernama Maimunah yang masuk islam berkat seruan Nabi, Abu Hurairah lahir tahun 21 sebelum hijrah ( Th 602 M ) . 
       Dan beliau meninggal di madinah pada tahun 59H atau 679 M. Adapun, Abu Hurairah masuk islam diantara para Ulama’ berbeda beda pendapat. Ada sumber yang menyatakan bahwasannya Abu Hurairah masuk Islam sebelum Hijrah atas dorongan Thuifail Bin Amr. Namun sumber ini menurut Mahmud Abu Rayyah tidak dapat dipercaya karena perowinya, yaitu Muhammad Bin As-Siba’i Al-Kalbi bukanlah sumber yang dapat dipercaya dimata para ahli biografi klasik. Ketika Abu Hurairah pergi bersama Thufail bin Amr ke Makkah, Nabi Muhammad mengubah nama Abu Hurairah menjadi Abdurrahman (hamba Maha Pengasih). Ia tinggal bersama kaumnya beberapa tahun setelah menjadi muslim, sebelum bergabung dengan kaum muhajirin di Madinah tahun 629. 
        Abu Hurairah pernah meminta Nabi untuk mendoakan agar ibunya masuk Islam, yang akhirnya terjadi. Ia selalu menyertai Nabi Muhammad sampai dengan wafatnya Nabi tahun 632 di Madinah. Rosulullh SAW mengutus Abu Hurairah bersama Al al Hadhrami ke Bahrain untuk menyebarkan islam dan mengajar kaum muslimin tentang persoalan persoalan agama mereka, kemudian ia meriwayatkan hadits dari Rosulullh SAW dan memberi fatwa kepada masyarakat luas. Pada masa Umar r.a, Abu Hurairah diangkat sebagai penguasa ( Gubernur ) di Bahrain. Dan Saat Umar bermaksud mengangkatnya lagi untuk yang kedua kalinya, ia menolak. Ketika perselisihan terjadi antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan, ia tidak berpihak kepada salah satu di antara mereka. 

         2. Peranan Abu Hurairah 

         Dalam Meriwayatkan Hadits Abu Hurairah bersahabat dengan rosulullah SAW, selama empat tahun. Ia mendengar banyak hadits dari Beliau, menyaksikkan Sunah secara detail, memeperhatikan penerapan syariat Islam dan mengetahui kedudukan beliau SAW, Rosulullah SAW tidak menunda nunda pemberian jawaban kepada Abu Hurairah terhadap hal yang ia tanyak kepada beliau karena beliau mengetahui ia mempunyai semangat untuk menuntut ilmu. 
          Ada enam sahabat yang tergolong banyak dalam menerima dan meriwayatkan hadits dari Nabi SAW. Mereka adalah Abu Hurairah, beliau meriwayatkan 5374 hadits, Abdullah Bin Umar meriwayatkan 2630 Hadits, Anas Bin Malik meriwayatkan 2286 Hadits, Aisah Umm Al-Mukminin meriwayatkan 2210 hadis, Abdullah Bin Abbas meriwayatkan 1660 Hadis, dan Jabir Bin Abdullah meriwayatkan 1540 Hadits. Pengakuan terhadap kejujuran Abu Hurairah, dapat kita perhatikan beberapa sikap para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in atas beliau yang disampaikan oleh para ulama’. Yang semua itu menunjukkan kemuliaan Abu Hurairah, keandalan dan kuatnya hafalan beliau. 
          Pengakuan Dari Para Sahabat 
 1. Thalhah bin Ubaidillah Al Quraisy adalah salah seorang dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Dia memberikan rekomendasi (tautsiq) kepada Abu Hurairah, sebagaimana diriwayatkan Imam Tirmidzi lewat jalan periwayatan Malik Ibnu Abu Amir rahimahullah.
 2. Marwan bin Hakam pernah menguji tingkat hafalan Abu Hurairah terhadap hadits Nabi. Marwan memintanya untuk menyebutkan beberapa hadits, dan sekretaris Marwan mencatatnya. Setahun kemudian, Marwan memanggilnya lagi dan Abu Hurairah pun menyebutkan semua hadits yang pernah ia sampaikan tahun sebelumnya, tanpa tertinggal satu huruf. 
 3. Dalam lafazh yang diriwayatkan Al Baihaqi rahimahullah, terdapat tambahan berharga, dalam Al Madkhal dari jalan periwayatan Asy’ats, dari bekas budak (maula) Thalhah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Abu Hurairah sedang duduk-duduk. Tiba-tiba, seseorang melintas di hadapan Thalhah, seraya berkata kepadanya, ”Abu Hurairah telah memperbanyak hadits.” Thalhah Radhiyallahu 'anhu menjawab, ”Kami telah mendengar sebagaimana yang ia dengar, akan tetapi ia sangat kuat hafalannya dan kami telah lupa.” 4. Imam syafii pernah berkata “ Abu Hurairah adalah orang yang paling banyak menghafal hadis bila dibandingi dengan perowi perawi di masanya”

       3. Kritik Terhadap Abu Hurairah 

      Ada beberapa kritik terhadap Abu Hurairah, ada yang menentang hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah adalah mengada ada, akan tetapi ada juga yang mendukung hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, diantaranya adalah: 

1. Ada sejumlah intelektual Muslim yang terang-terangan menyerang Abu Hurairah dan berupaya melemahkan reputasinya sebagai perawi hadis yang handal. Tetapi, tidak sedikit pula jumlah ulama dan intelektual yang membelanya dari segala cela.Adalah Mahmud Abu Rayyah, seorang intelektual asal Mesir, yang paling bersemangat melontarkan kritik terhadap Abu Hurairah. Kritik Abu Rayyah itu ia tuliskan dalam bukunya Adhwa ala esSunnah al-Muhammadiyah. Segala argumen yang diajukan oleh Abu Rayyah dalam bukunya itu untuk memperkuat asumsinya bahwa himpunan hadis bukanlah kata-kata atau perbuatan Nabi SAW. Namun, merupakan sebuah rekayasa orang-orang yang sezaman dengan Nabi dan generasi sesudahnya untuk menciptakan hadis. salah satu serangan yang ia dilancarkan bermula dari pertanyaan, seberapa lama Abu Hurairah hidup bersama Nabi? Melalui data yang didapatkan, Abu Rayyah menyimpulkan bahwa Abu Hurairah hidup bersama Nabi SAW dalam waktu yang relatif singkat, yakni 1 tahun 9 bulan. Jadi, menurutnya, tidak mungkin Abu Hurairah mampu meriwayatkan hadis Nabi sebanyak 5.374 dalam waktu sesingkat itu. Tidak berhenti di situ, Abu Rayyah bahkan menuding Abu Hurairah sebagai orang yang rakus. Keberadaannya menyertai Nabi hanya untuk mencari makanan. Dalam beberapa riwayat dikisahkan, Abu Hurairah banyak makan, terutama hidangan dari susu dan daging.Pandangan tersebut direspons berbagai kalangan ulama besar. Mereka menyodorkan riwayat-riwayat berbeda. Termaktub dalam Musnad Ahmad bin Hanbal jilid ke-2, Abu Hurairah berkata. “Aku bersama Nabi selama tiga tahun.” 

 2. Dalam bukunya Abu Rayyah meragukan hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, dengan menumbuhkan kecurigaan terhadap kenyataan bahwa jumlah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah lebih banyak dibandingkan dengan jumlah hadis yang diriwayatkan oleh para sahabat yang disibukkan oleh persoalan-persoalan pemerintahan danpolitik. 

3. Abu Hurairah seorang yang senantiasa lebih mengutamakan untuk menyertai Rasulullah dari pada mengenyangkan perutnya. Ia tidak disibukkan oleh perkara yang menyibukkan saudara-saudaranya dari kaum muhajirin dan anshor. Ia mendengarkan apa yang tidak mereka dengar. Pikirannya yang kosong dari berbagai kesibukan membuatnya hafal apa yang tidak mereka hafal. Para sahabat tabi’in dan ulama menjadi saksi untuknya tentang kekuatan hafalannya. 
4. Tentang banyaknya hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a., Dr. al-A’zhami melakukan penelitian, bahwa jumlah 5.000-an hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah adalah jika dihitung hadis yang substansinya diulang-ulang. Jika penghitungan dilakukan dengan mengabaikan hadis-hadis yang diulang-ulang substansinya, maka hadis dari Abu Hurairah yang ada dalam Musnad dan Kutub as-Sittah tinggal 1336. kadar ini, kata Ali as-Salus, bisa dihafal oleh pelajar yang tidak terlalu cerdas dalam waktu kurang dari satu tahun. 

 5. Menurut Dr. Quraish Shihab dalam bukunya Sunnah-Syiah Berangandengan Tangan ! Mungkinkakh? Kajian Atas Konsep dan Pemikiran, memberikan perhitungan matematis untuk menyalahgunakan kritik Abu Rayyah, hampir sama dengan yang ia dengar atau lihat menyangkut Nabi rata rata sebanyak lima informasi ( hadis ) dalam sehari, berarti dalam setahun ia mampu menyampaikan 365 X 5 yakni sama dengan 1825 Hadis. Dengan semikian, Abu Hurairah yang hidup bersama Nabi selam empat tahun berpotensi untuk meriwayatkan Hadis sebanyak 7300 , jumlah ini jauh lebih banyak dari yang dinisbatkan kepada Abu Hurairah yang dinyatakan 5374 hadis. Disamping itu, perlu diingat bahwa ada sekitar delapan ratus orang romawi yang meriwayatkan dari Abu Hurairah. Tentu saja kalau ada kelemahan kecil atau besar dalam riwayat riwayat itu, maka tidak semua harus di pikul oleh Abu Hurairah

6. Selain tuduhan itu, ada tuduhan korupsi pada waktu menjabat sebagai gubernur di bahrain, menjelang akhir masa jabatan umar memanggil pulang abu Hurairah ke Madinah. Beliau menanyakn asal muasal uang sepuluh dinar yang ada dalam simpanan sang gubernur, “Uang itu berasal dari hasil penjualan anak anak kuda milikku”, jawab Abu Hurairah. Serahkan uang itu ke baitul maal”,perintah Umar. Ia selalu menginggatkan para pembantunya agar tidak memperkaya diri dan hanya memiliki sebanyak dua setel, baik ketika diangkat maupun ketika mengakhiri jabatannya.   

DAFTAR PUSTAKA 

Ajaj, Muhammad Al khatib AS-Sunnah Qablat_Tadwin ( 1401-1981M)Terj. AH Akrom Fahmi. Jakarta: Gema Insan Press, 1999. 
 \Pustaka Imam Syafi’i.com, Diakses pada tanggal 31 Oktober 2011 
 Ahmad, Muhammad Ulumul Hadist , Bandung : Pustaka Setia, 2004 Juynboll, GHA, Kontroversi Hadis di Mesir ( 1890-1960) Terj. Ilyas Hasan. Bandung: Mizan, 1999.
 http://en.wikipedia.org/wiki/biografiAbuHurairah diakses Tanggal 31 Oktober 2011 
CD Hadis Mausuah Ya’qub, Ali Musthafa. Kritik Hadis. Jakarta: Pustaka Fisdaus, 2000
 http://almanhaj.or.id/content/3092/slash/0 diakses pada tanggal 31 oktober 2011   http://en.wikipedia.org/wiki/biografiAbuHurairah diakses Tanggal 31 Oktober 2011
 http://almanhaj.or.id/content/3092/slash/0 diakses pada tanggal 31 oktober 2011 www.elitha_eri.net/2007/06/28/biografi-singkat-abu-huarairah/ diakses pda tanggal 1 Desember 2011 http://syiahali.wordpress.com/2010/07/04/abu-hurairah http://www.facebook.com/topic.php?
uid=323102973263&topic=14029 Shihab, M. Quraish. Sunah Syiah Berangandengan Tangan! 
Mungkinkah?Kajian atas Konsep dan pemikiran Jakarta : Lentera Hati, 2007. Amin, Kamarudin, Mengkaji 
Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis, Jakarta: Hikmah, 2009.

Selasa, 27 Desember 2011

PENELITIAN KUALITATIF

PEMBAHASAN

 A. Pengertian Deskriptif Kualitatif
           Pengertian Deskriptif Kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.” Sama halnya menurut arif Furchan, Pendekatan kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan prilaku yang dapat diamati dari subyek itu sendiri. 
             Begitu juga menurut Kasiran dalam bukunya Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitaif, Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan kewajaran atau sebagimana adany ( natural setting) dengan tidak dirubah dalam bentuk simbol atau bilangan, sedangkan perkataan penelitian pada dasarnya berarti rangkaina keggiatan atau proses pengungkapan rahasia sesuatu yang belum diketahui dengan mempergunakan cara bekerja atau metode yang sistematis, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan. 

B. Ciri Khusus Deskriptif Kualitatif
             Adapun deskripsi kualitatif ini memiliki ciri ciri sebagai berikut yaitu sebagimana dalam buku yang berjudul Tehnik Penulisan Laporan, Ahmad Sonhaji menjelaskan ciri-ciri penelitian kualiatif antara lain: 

  1. Desain penelitian bersifat lentur dan terbuka. 
  2. Data penelitian diambil dari data alami (natural setting). 
  3. Data yang dikumpulkan meliputi data deskriptif dan reflektif. 
  4. Lebih mementingkan proses daripada hasil. 
  5. Sangat mementingkan makna (meaning). 
  6. Sampling dilakukan secara internal yang didasarkan pada subyek yang memiliki informasi yang paling representatif. 
  7.  Analisa data dilakukan pada saat setelah pengumpulan data. 
  8.  Kesimpulan dari penelitian kualitatif dikonfirmasikan dengan informan. 

Dalam buku yang lain memberikan ciri ciri penelitian Kualitatif sebagai berikut :

  1.  Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah (natural setting).
  2.  Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan wawancara
  3.  Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data secara deskriptif yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. 
  4.  Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil, artinya dalam pengumpulan data sering memperhatikan hasil dan akibat dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi. 
  5. Latar belakang tingkah laku atau perbuatan dicari maknanya. Dengan demikian maka apa yang ada di balik tingkah laku manusia merupakan hal yang pokok bagi penelitian kualitatif. Mengutamakan data langsung atau “first hand”. Penelitian kualitatif menuntut sebanyak mungkin kepada penelitinya untuk melakukan sendiri kegiatan penelitian di lapangan. 
  6. Dalam penelitian kualitatif digunakan metode triangulasi yang dilakukan secara ekstensif baik tringulasi metode maupun triangulasi sumber data. 
  7. Mementingkan rincian kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan mencatat data yang sangat rinci mengenai hal-hal yang dianggap bertalian dengan masalah yang diteliti. 
  8. Subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, jadi tidak sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya. 
  9. Mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dan segi pendiriannya. 
  10. Verifikasi. Penerapan metode ini antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif. 
  11. Pengambilan sampel secara purposive( surposive sampling ). Metode kualitatif menggunakan sampel yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian. 
  12. Menggunakan “Audit trail”. Metode yang dimaksud adalah dengan mencantumkan metode pengumpulan dan analisa data. 
  13. Mengadakan analisis sejak awal penelitian. Data yang diperoleh langsung dianalisa, dilanjutkan dengan pencarian data lagi dan dianalisis, demikian seterusnya sampai dianggap mencapai hasil yang memadai. 
  14. Teori bersifat dari dasar. Dengan data yang diperoleh dari penelitian di lapangan dapat dirumuskan kesimpulan atau teori. 


 C. Macam Macam Penelitian Kualitatif
Macam macam penelitian kualitatif adalah :
1. Biografi Penelitian
           biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap turning point moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri. 
2. Fenomenologi Penelitian
           fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.  
3. Grounded theory
           Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari. 
 4. Etnografi Etnografi
             adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.
5. Studi kasus
               Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu. “Penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik mengenai unit tersebut.” Tujuan dari studi kasus adalah “untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit social : individu, kolompok, lembaga atau masyaraka” . 

 D. Contoh Judul dan Permasalahan Dalam Penelitian Deskriptif Kualitatif
1) Contoh Judul Banyak sekali contoh judul penelitian yang menggunakan deskripsi kualitatif diantaranya adalah :

  • Persepsi Siswa Terhadap Bimbingan Konseling Di SMA 2 Kediri Tahun 2011 . 
  • Upaya Guru Dalam Membina Akhlahul Karimah Di RA...Tahun 2011 
  • Metode Cerita dalam Pembelajaran di MIN Tahun 2011 
  • Peranan Guru PAI dalam menigkatkan Ukhuwah Islamiyah Di...Tahun 2011 

 2) Masalah Dalam Penelitian Kualitatif
               Dalam penenlitian Kualitaif masalah yang dibawa harus oleh peneliti masih remang remang, bahkan gelap komplek dan dinamis, oleh karena itu masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan.
                Akan ada tiga kemungkinan masalah yang akan dibawa oleh peneliti :

  1. Masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sampai akhir penelitian sama. Dengan demikian judul proposal dengan judul laporan sama 
  2.  Masalah yang dibawa oleh peneliti berkembang, yaitu memperluas dan mendalam masalah yang disiapkan. Dengan demikian tidak terlalu banyak perubahan sehingga judul penelitian cukup disempurnakan. 
  3.  Masalah yang dibawa oleh peneliti dilapangan berubabh total sehingga harus ganti masalah, Dengan demikian judul penelitiantidak sama dan judulnya diganti. 


 E. Variabel, Teori dan Hipotesis Dalam Deskriptif Kualitatif

1. Variabel Pemahaman terhadap variabel dan hubungan antar variabel merupakan salah-satu kunci penting dalam penelitian. Posisi variabel yang senteral menempatkannya sebagai dasar dari semua proses peneltian; mulai dari perumusan masalah, perumusan hipotesis, pembuatan instrument pengumpul data, sampai pada analisisnya. Sehubungan dengan posisi penting ini, variabel menjadi penting artinya untuk menentukan bermutu-tidaknya suatu hasil penelitian. 
            Secara leksikal, istilah variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat beragam (bervariasi). Arti kata ini menunjukkan bahwa variable merupakan sesuatu yang di dalamnya terdapat atribut-atribut, unit-unit, dimensi-dimensi atau nilai-nilai yang beragam. Kerlinger mendefinisikan variabel sebagai ‘suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai”, atau “simbol/lambang yang padanya dilekatkan bilangan atau nilai”.Pada hakikatnya, setiap variabel adalah suatu konsep, yaitu konsep yangbersifat khusus yang mengandung variasi nilai. maksudnya konsep yang sudah sangat dekat dengan fenomena-fenomena atau obyek-obyek yang teramati. Jadi konsep variabel itu merupakan sebutan umum yang mewakili semua atribut, dimensi atau nilai yang perlu diamati. Karena itu tidak semua konsep disebut variabel, karena masih terdapat konsep-konsep yang tidak mengandung memenuhi ciri seperti itu. 
 2. Teori Pengertian teori menurut Marx dan Goodson (1976, dalam Lexy J. Moleong, 1989)
             ialah aturan menjelaskan proposisi atau seperangkat proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas representasi simbolik dari

  1.  Hubungan-hubungan yang dapat diamati diantara kejadian-kejadian (yang diukur),
  2.  Mekanisme atau struktur yang diduga mendasari hubungan-hubungan demikian, dan 
  3. Hubungan-hubungan yang disimpulkan serta mekanisme dasar yang dimaksudkan untuk data dan yang diamati tanpa adanya manifestasi hubungan empiris apa pun secara langsung. 

 Fungsi teori paling tidak ada empat, yaitu:

  • Mensistematiskan penemuan-penemuan penelitian, 
  •  Menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis dan dengan hipotesis membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban, 
  • Membuat ramalan atas dasar penemuan, menyajikan penjelasan dan, dalam hal ini, untuk menjawab pertanyaan ‘mengapa’. 

           Penelitian kualitatif dapat bertitik tolak dari suatu teori yang telah diakui kebenarannya dan dapat disusun pada waktu penelitian berlangsung berdasarkan data yang dikumpulkan. Pada tipe pertama, dikemukakan teori-teori yang sesuai dengan masalah penelitian, kemudian di lapangan dilakukan verifikasi terhadap teori yang ada, mana yang sesuai dan mana yang perlu diperbaiki atau bahkan ditolak Penelitian kualitatif mengenal adanya teori yang disusun dari data yang dibedakan atas dua macam teori, yaitu teori substantif dan teori formal (Lexy J. Moleong, 1989 dan Mubyarto, et al, 1984). 
               Teori substantif adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau empiris dalam inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, antropologi, psikologi dan lain sebagainya. Contoh: perawatan pasien, hubungan ras, pendidikan profesional, kenakalan, atau organisasi peneliti. Di sisi lain, teori formal adalah teori untuk keperluan formal atau yang disusun secara konseptual dalam bidang inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, psikologi dan sebagainya. Contoh: perilaku agresif, organisasi formal, sosialisasi, autoritas dan kekuasaan, sistem penghargaan, atau mobilitas social. 

Unsur-unsur teori meliputi 
(a) kategori konseptual dan kawasan konseptualnya dan 
(b) hipotesis atau hubungan generalisasi diantara kategori dan kawasan serta integrasi. Kategori adalah unsur konseptual suatu teori sedangkan kawasannya (property) adalah aspek atau unsur suatu kategori. 
 Dasar teoritis dalam pendekatan kualitatif adalah:

1. Pendekatan fenomenologis.
                Dalam pandangan fenomenologis, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. 

2. Pendekatan interaksi simbolik. 
              Dalam pendekatan interaksi simbolik diasumsikan bahwa objek orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki pengertian sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan kepada mereka. Pengertian yang dlberikan orang pada pengalaman dan proses penafsirannya bersifat esensial serta menentukan. 

3. Pendekatan kebudayaan. 
          Untuk menggambarkan kebudayaan menurut perspektif ini seorang peneliti mungkin dapat memikirkan suatu peristiwa di mana manusia diharapkan berperilaku secara baik. Peneliti dengan pendekatan ini mengatakan bahwa bagaimana sebaiknya diharapkan berperilaku dalam suatu latar kebudayaan 

4. Pendekatan etnometodologi.
           Etnometodologi berupaya untuk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri. 
 Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang mulai melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup. Seorang peneliti kualitatif yang menerapkan sudut pandang ini berusaha menginterpretasikan kejadian dan peristiwa sosial sesuai dengan sudut pandang dari objek penelitiannya. 

3. Hipotesis

Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus memiliki hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian. Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian menggunakan hipotesis atau tidak.
 Contohnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, ada yang berpendapat tidak menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti, tetapi ada juga yang menganggap penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis. Sedangkan, dalam penelitian penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel adalah keharusan untuk menggunakan hipotesis.
 Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:
 1. Untuk menguji teori,
2. Mendorong munculnya teori,
3. Menerangkan fenomena sosial,
4. Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
5. Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.

 F. Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penyusunan Laporan

            Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data dilapangan dalam rangka menjawab Fokus penelitian , maka dipergunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara
              Wawancara atau interviu adalah “suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi “ atau dapat diartikan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan Tanya jawab antara peneliti dengan obyek yang diteliti. Dalam metode ini kreatifitas pewawancara sangat diperlukan karena dapat dikatakan bahwa hasil interview yang diteliti banyak bergantung pada kemampuan penyelidik untuk mencari jawaban, mencatat dan menafsirkan setiap jawaban. “Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu untuk memperoleh informasi dari teori wawancara.” Ada beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstuktur, semiterstuktur dan tidak terstuktur 

b. Observasi
                  “Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan disengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang diselidiki.”
 Ada bermacam macam observasi yaitu :

  1. Observasi Partisipatif adalah peneliti terlibat dengan kegiatan sehari hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Ini juga dibagi empat yaitu partisipasi pasif, moderat, aktif lengkap. 
  2. Observasi terus terang atau samar samar adalah peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahkan ia sedang melakukan penelitian. 
  3. Observasi tak berstuktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistimatis tentang apa yang akan diobservasi. 


c. Dokumentasi
                     “Pengertian dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.” “Dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi.. Sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman.” 

 2) Analisis
              Analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan yang lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan agar dapat diprensentasikan semuanya pada orang lain. “Analisa data merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.” Analisis diamati dengan mempelajari seluruh data dari berbagai sumber setelah itu mengadakan reduksi data dengan membuat rangkuman inti, langkah selanjutnya menyusun dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorikan dalam satu kelompok yang sama, kemudian pemeriksaan keabsahan data dan tahap yang terakhir disimpulkan.

 3) Pengecekan Keabsahan Data
               Pengecekan dan keabsahan data untuk memperoleh kesimpulan yang tepat dan obyektif, dipadukan kredibilitas data dimaksudkan dalam rangka membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan apa yang ada di setting.
 Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan beberapa cara:

  1. Perpanjangan Keikutsertaan Perpanjangan keikutsertaan peneliti waktu pengamatan dilapangan akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Teknik ini untuk melihat keabsahan dari data data yang telah didapat. 
  2.  Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan adalah menemukan ciri-ciri dan unsur unsur-unsur dalam situasi yang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci serta bersinambungan terhadap faktor-faktor yang muncul kemudian menelaah secara rinci. Ketekunan pengamatan ini dengan membandingkan data dari hasil wawancara dengan dokumen yang ada atau dengan observasi. 
  3. Tringulasi Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. 

Dalam hal ini peneliti menggunakan:

  • Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. 
  • Membandingkan data hasil pernyataan dengan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. 
  • cMembandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen. 


4. Pemeriksaan Sejawat
              Melalui Diskusi Teknik ini dilakukan dengan cara menampung hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analistik dengan rekan-rekan sejawat.

 4) Penyusunan laporan Ada beberapa tahapan sebelum menyusun laporan Penelitian yaitu:

1. Tahap sebelum ke lapangan

  • Penyusunan proposal 
  • Menentukan fokus penelitian 
  •  Konsultasi fokus penelitian 
  •  Konsultasi fokus penelitian kepada dosen pembimbing untuk mengurus surat izin penelitian seminar proposal 
  • Memilih lapangan Penelitian 
  • Memilih dan memanfaatkan informasi 
  • Menyiapkan perlengkapan penelitian 

 2. Tahap pekerjaan lapangan Tahap pekerjaan lapangan meliputi pengumpulan data dan informasi terkait dengan fokus penelitian dan pencatatan data.

 3. Tahap analisis data

  •  Kegiatan analisis data 
  • Penafsiran data 
  •  Pengecekan keabsahan temuan data 
  • Memberi makna 

 4. Tahap penulisan laporan

  •  Penyusunan hasil penelitian. 

Ada dua pendekatan dalam menulis laporan :

  • Menulis laporan segaimana pembaca sedang memecahkan teka teki silang denga peneliti 
  • Menyajikan ringkasan garis besar temuan kemudian menyajikan temuan yang mendukung kesimpulan. 

 b. Konsultasi hasil penelitian
c. Perbaikan hasil konsultasi

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”. ( Jakarta: Rineka Cipta, 1993) Furchan, Arif, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif (Surabaya: Usaha Nasional, 1992) http://elqorni.wordpress.com/2009/06/26/metode-penelitian-kualitatif/, diakses 10 Des 2011 http://elqorni.wordpress.com/2009/06/26/metode-penelitian-kualitatif/, diakses 09 Des 2011 http://id.wikipedia.org/wiki/Hipotesis, diakses 10 des 2011
http://www.infodiknas.com/metodologi-penelitian-kualitatif-rulam-ahmadi/, diakse 10 Des 2011 http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/116-metode-penelitian-kualitatif.html, diakses 09 Des 2011 http://www.scribd.com/doc/21945521/VARIABEL-PENELITIAN, diakses 10 Des 2011
images.purbayubs.multiply.multiplycontent.com, diakse 10 Des 2011
Kasiran, Metodologi Penelitian Kuantatif Dan Kualitaif ( Malang: Uin Pres, 2010)
Ketut, Dewa Sukardi. “Pengantar Teori Konseling”( Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985)
Moleong, Lexy J. “Metode Penelitian Kualitatif”,( Bandung: Remaja Rosda Karya. 2000)
Nasution .”Metode Research”.(Jakarta: Bumi Aksara, 2003)
 Sonhaji, Ahmad. “Teknik Penulisan Kualitatif dan Penelitian Kuantitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan”,( Malang: Kalimasada Press, 1996)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B ( Bandung: Alfabeta,2009)
 Suryabrata, Suharsimi , “Metodologi Penelitian ,( Jakarta: Rajawali Pres,1998)
Usman, Husaimi “Metodologi penelitian sosilal”,( Jakarta: Bumi Aksara,2003) Walgito, Bimo.”Pengantar teori konseling” .(Jakarta: galia Indonesia ,1985)