Rabu, 25 April 2012

ISLAMISASI DINUSANTARA



 BAB I
PENDAHULUAN
Menyiarkan agama Islam merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim, karena itu diperintahkan oleh islam. Setiap muslim harus menyiarkan agamanya kepada orang lain yang belum mengetahuinya. Hal ini disebabkan karena kebenaran yang terkandung di setiap dada muslim tidak akan diam, kecuali kebenaran itu terwujud dalam pikiran, perkataan dan berbuatan. Dan ia tidak akan merasa puas hingga ia menyampaikan kebenaran itu pada tiap orang, sehingga apa yang ia percayai itu juga diterima sebagai kebenaran oleh anggota masyarakat dan umat manusia umumnya.  
Islam datang ke Indonesia dengan damai pada permulaan abad pertama Hijriyah dan tersiar secara luas baru pada abad XIII masehi. Tersiarnya agama islam ke Indonesia juga benua lainya adalah karena beberapa faktor yaitu sosial, politik, ekonomi dan agama. Islam di indonesia baik secara historis maupun sosiologis sangat komplek, terdapat banyak masalah, misalnya tentang sejarah dan perkembangan awal islam di indonesia, oleh sebab itu para sarjana berbeda pendapat.
Dalam khasanah pendidikan Islam, sejarah perkembangan pendidikan akan selalu menjadi kajian yang menarik untuk dianalisis secara kritis karena akan menempatkan perkembangan pendidikan islam dan intelektual muslim secara objektif dan komprehensif. Oleh karena itu, akan diperoleh gambaran keberadaan, peran, dan kontribusi pendidikan Islam. Sejarah pendidikan Islam awal di Nusantara mulai tumbuh dan berkembang pada saat masuknya pedagang dari Arab dan Gujarat atau masukknya agama islam ke nusantara.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Masuknya Islam Ke Indonesia
Sejarah pendidikan di indonesia tidak terlepas dari sejarah peradapan islam di indonesia, sejarah awal  peradapan islam di indonesia secara historis maupun sosiologis masih banyak perbedan pendapat dikalangan para sejarawan. Ini dikarenakan orang yang terlibat dalam kegiatan dakwah pertama itu tidak bertendensi apapun selain tanggungjawab menunaikan kawajiban tanpa pamrih, sehingga tidak ada catatan sejarah atau prasasti pribadi yang sengaja dibuat mereka untuk mengabadikan peran mereka.  Dan penulisan sejarah indonesia diawali oleh golongan orientalis yang sering ada usaha untuk meminimalisasi peran islam, disamping usaha sarjana muslim yang ingin mengemukakan fakta sejarah yang lebih jujur.
Mengenai islam masuk ke nusantara terdapat beberapa sejarawan yang berbeda pendapat diantaranya, Bukti pertama mengenai agama Islam berasal dari seorang pengelana Venesia bernama Marco polo. Ketika singgah di sebelah utara pulau Sumatera, dia menemukan sebuah kota Islam bernama Perlak yang dikelilingi oleh daerah-daerah non-Islam. Hal ini diperkuat oleh catatan-catatan yang terdapat dalam buku-buku sejarah seperti Hikayat Raja-Raja Pasai dan Sejarah Melayu.
Bukti kedua berasal dari Ibnu Batutah ketika mengunjungi Samudera Pasai pada tahun 1345 megatakan bahwa raja yang memerintah negara itu memakai gelar Islam yakni Malikut Thahbir bin Malik Al Saleh.
Bukti ketiga berasal dari seorang pengelana Portugis bernama Tome Pires, yang mengunjungi Nusantara pada awal abad ke-16. Dalam karyanya berjudul Summa Oriental, dia menjelaskan bahwa menjelang abad ke-13 sudah ada masyarakat Muslim di Samudera Pasai, Perlak, dan Palembang. Selain itu di Pulau Jawa juga ditemukan makam Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun 1082 M dan sejumlah makam Islam di Tralaya yang berasal dari abad ke-13Golongan lain berpendapat bahwa Islam sebenarnya sudah masuk ke Nusantara sejak abad ke-7 Masehi. Pendapat ini didasarkan atas pernyataan pengelana Cina I-tsing yang berkunjung ke Kerajaan Sriwijaya pada tahun 671. Dia menyatakan bahwa pada waktu itu lalu-lintas laut antara Arab, Persia, India, dan Sriwijaya sangat ramai.
Bukti kelima menurut catatan Dinasti Tang, para pedagang Ta-Shih(sebutan bagi kaum Muslim Arab dan Persia) pada abad ke-9 dan ke-10 sudah ada di Kanton dan Sumatera.
Dari uraian diatas, maka masuknya agama islam ke indonesia secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 teori :
1.      Islam disiarkan dari India
Pendapat ini dipelopori oleh sarjana belanda diantaranya Snouck Hurgronje yang berpendapat bahwa islam datang ke indonesia pada abad ke 13 M dari gujarat ( bukan dari arab langsung ) dengan bukti ditemukannya makam sultan yang beragama islam pertama Malik as Sholeh, raja pertama kerajaan samudra pasai yang dikatakan berasal dari gujarat.
Dan didasarkan pada asumsi kesamaan mazhab Syafi’iy, kesamaan batu nisan, kemiripan sejumlah tradisi dan arsitektur india dengan nusantara. Teori ini didukung oleh prof. Kern, R.O Winstedt, J. Gonda, dan B.j.o Schrieke.

2.      Islam disiarkan dari Arab
Pendapat ini dikemukakan oleh sarjana muslim diantaranya prof. Hamka, hamka dan teman temannya berpendapat bahwa islam sudah datang ke indonesia pada abad pertama Hijriyah ( ± abad ke 7 sampai 8 M ) langsung dari arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke 13 melalui selat malak yang menghubungkan dinasti Tang di cina ( asi timur), sriwijaya di asia tenggara  dan bani umayyah di asia barat.   
Pendukung teori arab ini adalah cwawfurd, keyzer,P.J. Veth dan syeh muhammad Naquib al attas.

3.      Islam disiarkan dari Persia
Islam dari persia berdasarkan asumsi adanya kesamaan pada sejumlah tradisi keagamaan antara persia dengan Indonesia seperti peringatan asyura atau 10 muharram, sistem mengeja huruf arab dalam pengajaran al qur’an khas persia, pemuliaan ahlul bait dari keluarga Ali Bin Abi Tholib. Teori ini didukung oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat, Robert N bellah, prof. A. Hasjmi, Prof. Aboebakar Atjeh dan Ph.S. Van Ronkel.

4.      Islam disiarkan dari Cina.
Islam bersal dari cina mendasarkan pada asumsi adanya unsur kebudayaan cina dalam sejumlah unsur kebudayaan islam di Indonesia, terutama berdasarkan sumber kronik dari klenteng sampokong disemarang, Teori ini didukung oleh Prof.Slamet Muljana.

Adapun dalam proses masuknya islam dinusantara ada beberapa jalur yang digunakan untuk penyebaran islam, diantara lain :
1.      Perdagangan, yang mempergunakan sarana pelayaran
2.      Dakwah,yang dilakukan oleh mubaligh yang berdatangan bersama para pedagang, para mubaligh itu bisa dikatakan sebagai sufi pengembara.
3.      Perkawinan , yaitu perkawinan antara pedagang muslim, mubaligh dengan anak bangsawan Indonesia, yang menyebabkan terbentuknya inti sosial yaitu keluarga muslim dan masyarakat muslim.
4.      Pendidikan,Pusat-pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam. Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama, dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampong masing-masing kemudian berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren Giri ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan agama Islam
5.      Kesenian, Jalur yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni.
6.      Politik, Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya masuk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat berpengaruh tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia bagian Timur, demi kempentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non-Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara poltik banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
Penyebaran islam ke nusantara sangat cepat berkembang ke pelosok pelosok terutama pada abad ke 13, penduduk mulai banyak memeluk agama islam,  ini dikarena beberapa faktor,  faktor penyebab Agama Islam dapat cepat berkembang di Nusantara menurut  Hasbullah mengutip pendapat Prof. Mahmud Yunus, antara lain :
a.       Agama Islam tidak sempit dan berat melakukan aturan-aturannya, bahkan mudah ditiru oleh segala golongan umat manusia, bahkan untuk masuk agama Islam saja cukup dengan mengucap dua kalimah syahadat saja.
b.      Sedikit tugas dan kewajiban Islam
c.       Penyiaran Islam itu dilakukan dengan cara berangsur-angsur sedikit demi sedikit dengan jalan damai.
d.      Penyiaran Islam dilakukan dengan cara bijaksana.
e.       Penyiaran Islam dilakukan dengan perkataan yang mudah dipahami umum, dapat dimengerti oleh golongan bawah dan golongan atas.

B.     Sejarah Islam Masa Kerajaan Islam Dan Islamisasi Di Berbagai Daerah
1.      Kerajaan Samudara Pasai
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai, yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin Mahdum. Yang kedua bernama Al-Malik Al-Shaleh tahun 1292 hingga 1297 dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad ke-15 H).
Munculnya daerah tersebut sebagai kerajaan Islam yang pertama diperkirakan mulai abad ke-13. Hal itu dimungkinkan dari hasil proses islamisasi di daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi para pedagang muslim sejak abad ketujuh, Kerajaan Islam Samudra Pasai menjadi pusat studi agama Islam dan meru pakan tempat berkumpul para ulama Islam dari berbagai negara Islam untuk berdis kusi tentang masalah-masalah keagamaan dan masalah keduniawian.
Pada zaman kerajaan Samudra Pasai mencapai kejayaannya pada abad ke-14 M, maka pendidikan juga tentu mendapat tempat tersendiri. Mengutip keterangan Tome Pires, yang menyatakan bahwa “di Samudra Pasai banyak terdapat kota, dimana antar warga kota tersebut terdapat orang-orang berpendidikan”.
Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko sempat singgah di Kerajaan Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az-Zahir, raja yang terkenal alim dalam ilmu agama dan bermazhab Syafi’i, mengadakan pengajian sampai waktu sholat Ashar dan fasih berbahasa Arab serta mempraktekkan pola hidup yang sederhana. Keterangan Ibnu Batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Pasai sebagai berikut:
a.       Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah Fiqh mazhab Syafi’i.
b.      Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis ta’lim dan halaqoh
c.       Tokoh pemerintahan merangkap tokoh agama
d.      Biaya pendidikan bersumber dari negara.

2.      Kerajaan Perlak dan daerah Minangkabau
Kerajaan Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh. Rajanya yang pertama Sultan Alaudin (tahun 1161-1186 H/abad 12 M). Antara Pasai dan Perlak terjalin kerja sama yang baik sehingga seorang Raja Pasai menikah dengan Putri Raja Perlak. Perlak merupakan daerah yang terletak sangat strategis di Pantai Selat Malaka, dan bebas dari pengaruh Hindu
 Kerajaan Islam Perlak juga memiliki pusat pendidikan Islam Dayah Cot Kala. Dayah disamakan dengan Perguruan Tinggi, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat. Daerahnya kira-kira dekat Aceh Timur sekarang. Pendirinya adalah ulama Pangeran Teungku Chik M.Amin, pada akhir abad ke-3 H, abad 10 M. Inilah pusat pendidikan pertama.
   Rajanya yang ke enam bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin yang memerintah antara tahun 1243-1267 M, terkenal sebagai seorang Sultan yang arif bijaksana lagi alim. Beliau adalah seorang ulama yang mendirikan Perguruan Tinggi Islam yaitu suatu Majlis Taklim tinggi dihadiri khusus oleh para murid yang sudah alim. Lembaga tersebut juga mengajarkan dan membacakan kitab-kitab agama yang berbobot pengetahuan tinggi, misalnya kitab Al-Umm karangan Imam Syafi’i.
Pada tiap tiap negeri (desa) kaum muslimin mendirikan sebuah masjid untuk tempat mengerjakan sembahyang jum’at dan tiap tiap kampung mendirikan surau untuk tempat mengaji al qur’an dan tempat mengerjakan sembahyang lima waktu. Mereka belajar pada guru seorang demi seorang dan belum berkelas kelas, pelajaran mula mula huruf hijaiyah, setelah pandai huruf hijaiyah baru belajar membaca al qur’an .  adapun pelajaran pada pengajian al quran ialah :
1.      Membaca al qur’an ( termasuk huruf hijaiyah )
2.      Ibadah, seperti berwudhu, sembahyang
3.      Keimanan ( sifat dua puluh, hukum wajib, mustahil dan jaiz.
4.      Ahklak ( dengan bercerita )
Setelah dari belajar di pengajian al qur’an sebagian mereka pergi ketengah masyarakat mengamalkan ilmunya ada juga yang meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu pengajian kitab, adapun kit terdiri dari :
1.      Ilmu sharaf / nahu dengan kitab nya kitab dhammun, al awamil, al kalamu, ajrumiah
2.      Ilmu fiqh dengan kitab al minhaj,
3.      Ilmu tafsir dan lain lain kitab tafsir al jalalain

3.      Kerajaan Aceh Darussalam
Proklamasi kerajaan Aceh Darussalam adalah hasil peleburan kerajaan Islam Aceh di belahan Barat dan Kerajaan Islam Samudra Pasai di belahan Timur. Putra Sultan Abidin Syamsu Syah diangkat menjadi Raja dengan Sultan Alaudin Ali Mughayat Syah (1507-1522 M). Bentuk teritorial yang terkecil dari susunan pemerintahan Kerajaan Aceh adalah Gampong (Kampung), yang dikepalai oleh seorang Keucik dan Waki (wakil).

            Jenjang pendidikan yang ada di Kerajaan Aceh Darussalam diawali pendidikan terendah Meunasah (Madrasah). Yang berarti tempat belajar atau sekolah, terdapat di setiap gampong dan mempunyai multi fungsi antara lain:
Sebagai tempat belajar Al-Qur’an dan Sebagai Sekolah Dasar, dengan materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca huruf Arab, Ilmu agama, bahasa Melayu, akhlak dan sejarah Islam.
Selanjutnya sistem pendidikan di Dayah (Pesantren) seperti di Meunasah tetapi materi yang diajarkan adalah kitab Nahu, yang diartikan kitab yang dalam Bahasa Arab, meskipun arti Nahu sendiri adalah tata bahasa (Arab). Dayah biasanya dekat masjid, meskipun ada juga di dekat Teungku yang memiliki dayah itu sendiri, terutama dayah yang tingkat pelajarannya sudah tinggi.
Diantara para ulama dan pijangga yang pernah datang ke kerajaan Aceh antara lain Muhammad Azhari yang mengajar ilmu Metafisika, Syekh Abdul Khair Ibn Syekh Hajar ahli dalam bidang pogmatic dan mistik, Muhammad Yamani ahli dalam bidang ilmu usul fiqh dan Syekh Muhammad Jailani Ibn Hasan yang mengajar logika

4.      Kerajaan Malaka
Kerajaan Samudera Pasai makin berkembang dalam bidang agama Islam, politik, perdagangan, dan pelayaran. Hubungan dengan Malaka makin ramai, sehingga di Malaka pun sejak abad ke-14 timbul corak masyarakat muslim. Para penganut agama Islam diberi hak-hak istimewa, bahkan telah dibangunkan sebuah masjid untuk mereka. Para pedagang yang singgah di Malaka kemudian banyak yang menganut agama Islam dan menjadi penyebar agama Islam ke seluruh kepulauan Nusantara, tempat mereka mengadakan transaksi perdagangan.
Kerajaan Malaka pertama kali didirikan oleh Paramisora pada abad ke-15. Menurut cerita, sesaat sebelum meninggal dalam tahun 1414, Paramisora masuk Islam, kemudian berganti nama menjadi Iskandar Syah. Selanjutnya, kerajaan Malaka dikembangkan oleh putranya yang bernama Muhammad Iskandar Syah (1414–1445). Pengganti Muhammad Iskandar Syah adalah Sultan Mudzafar Syah (1445–1458). Di bawah pemerintahannya, Malaka menjadi pusat perdagangan antara Timur dan Barat, dengan kemajuan-kemajuan yang sangat pesat, sehingga jauh meninggalkan Samudra Pasai. Usaha mengembangkan Malaka hingga mencapai puncak kejayaannya dilakukan oleh Sultan Mansyur Syah (1458–1477) sampai pada masa pemerintahan Sultan Alaudin Syah (1477–1488.


5.      Islam Di Sulawesi dan Maluku
Sementara itu, kedatangan pengaruh Islam ke wilayah Indonesia bagian timur (Sulawesi dan Maluku) tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang antara pusat lalu lintas pelayaran internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku. Menurut tradisi setempat, sejak abad ke-14, Islam telah sampai ke daerah Maluku. Disebutkan bahwa kerajaan Ternate ke-12, Molomateya (1350–1357), bersahabat karib dengan orang Arab yg memberinya petunjuk dalam pembuatan kapal, tetapi agaknya tidak dalam kepercayaan.
Islam masuk di Maluku dibawa oleh muballigh dari Jawa sejak zaman Sunan Giri dan dari Malaka. Raja Maluku yang pertama masuk Islam adalah Sultan Ternate bernama Marhum pada tahun 1465-1486 M, atas pengaruh Maulana Husain, saudagar dari Jawa. Raja Maluku yang terkenal di bidang pendidikan dan dakwah islam ialah Sultan Zainul Abidin, tahun 1486-1500 M. Dakwah Islam di Maluku menghadapi dua tantangan, yaitu yang datang dari orang-orang yang masih animis dan dari orang Portugis yang mengkristenkan penduduk Maluku
Kerajaan yang mula-mula berdasarkan Islam adalah kerajaan Kembar Gowa Tallo tahun 1605 M. Rajanya bernama I. Malingkaang Daeng Manyonri yang kemudian berganti nama dengan Sultan Abdullah Awwalul Islam.
Dari Sulawesi Selatan, agama Islam mengembang ke Sulawesi Tengah dan Utara. Islam masuk daerah Manadopada zaman Sultan Hasanudin, ke daerah Bolaang Mangondow di Sulawesi Utara pada Tahun 1560 M, ke Gorontalo tahun 1612 M. buku-buku lama di Gorontalo di tulis dengan huruf Arab.
Agama Islam yang telah kuat di Sulawesi Selatan itu menjalar masuk ke Kepulauan Nusa Tenggara, yaitu ke Bima (Sumbawa) dan Lombok, agama Islam ini dibawa oleh pedagang-pedagang Bugis. Sumbawa dikuasai kerajaan Gowa pada tahun 1616 M.
Pada masa pemerintahan Marhum di Ternate, datanglah seorang raja dari Jawa yang bernama Maulana Malik Husayn yang menunjukkan kemahiran menulis huruf Arab yang ajaib seperti yang tertulis dalam Alquran. Hal ini sangat menarik hati Marhum dan orang-orang di Maluku. Kemudian, ia diminta oleh mereka agar mau mengajarkan huruf-huruf yang indah itu. Sebaliknya, Maulana Malik Husayn mengajukan permintaan, agar mereka tidak hanya mempelajari huruf Arab, melainkan pula diharuskan mempelajari agama Islam. Demikianlah Maulana Malik Husayn berhasil mengislamkan orang-orang Maluku. Raja Ternate yang dianggap benar-benar memeluk Islam adalah Zainal Abidin (1486–1500).
Diantara ulama besar kelahiran Sulawesi sendiri ialah Syekh Maulana Yusuf yang belajar di Makkah pada tahun 1644 M. ia pulang keIndonesiadan menetap di Banten. Banyak santrinya datang dari Makasar, kemudian karena memberontak, dibuang oleh Belanda ke SriLanka dan wafat di Afrika Selatan. Jenazahnya dipulangkan ke Makasar dan dikubur disana. Ia mengarang kitab Tasawuf dalam Bahasa Arab, Bugis, Melayu dan Jawa.

6.      Islamisasi Di jawa
Kerajaan islam pertama jawa yaitu demak, berdiri diikuti kerajaan cirebon dan banten di jawa barat. Demak berhasil mengatikan majapahit, dilanjutkan oleh kerajaan pajang, kemudian mataram, ulama ulama yang berperan dalam usaha islamisasi di jawa adalah wali songo Adapun para wali tersebut :
  1. Sunan Ngampel atau Raden Rahmat dari  Ampel  (Surabaya)
  2. Sunan Giri atau Raden Paku dari Giri dekat Gresik
  3. Malik Ibrahim atau Maulana Magribi dari Gresik
  4. Sunan Drajat dari Sidayu Lawas
  5. Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim dari Tuban
  6. Sunan Kudus
  7. Sunan Murya
  8. Sunan Kalijaga atau Seda Lepan atau Sahid Djaka dari Kadilanggu
  9. Sunan Gunung Jati dari Gunung Jati utara Cirebon
Kesembilan wali tersebut dapat digolongkan atas tiga golongan, yaitu para wali di Jawa Timur, para wali di Jawa Tengah, para wali di Jawa Barat. Beberapa nama wali lokal : Syeh Abdulmuhyi dari Pamaijahan (Tasikmalaya), Syeh Siti Jenar atau syeh Lemah Abang dari Pamlaten (Cirebon), Sunan Geseng dkk dari Tirta (Magelang), Sunan Tembayat atau Ki Pandanarang dari Bayat (Klaten), Sunan Panggung dari Tegal
Wali songo melakukan proses Islamisasi dengan menghormati dan mengakomodasi tradisi masyarakat serta institusi pendidikan dan keagamaan sebelumnya. Padepokan diubah secara perlahan, dilakukan perubahan sosial secara bertahap, mengambil alih pola pendidikan dan mengubah bahan dan materi yang diajarkan dan melakukan perubahan secara perlahan mengenai tata nilai dan kepercayaan masyarakat, perubahan sosial, tata nilai, dan kepercayaan. Hal ini menciptakan alkulturisasi budaya termasuk pedoman hidup masyarakat, pemenuhan kebutuhan hidup, dan operasionalisasi kebudayaan melalui pranata-pranata sosial yang ada di masyarakat, yaitu pedoman moral atau hidup, etika, estetika, dan nilai budaya (adanya simbol-simbol dan tanda-tanda). Proses akulturisasi yang berjalan dengan baik akan menghasilkan integrasi unsur kebudayaan asing dengan kebudayaan setempat. Menurut Coser dan Rosenberg, kelompok primer  yaitu agen sosialisasi (Wali Songo)  yang menggerakkan pengalihan kepercayaan, pedoman hidup, dari agama Hindu-Budha menjadi Islam.




DAFTAR PUSTAKA

A. Hasymy, Sejarah masuk dan Berkembangnya islam di Indonesia, ( Bandung: AlMaarif, 1981) hal 358
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal 19-20
Ibrahim, M, et.al., Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Jakarta : CV. Tumaritis, 1991, hal 61
Mustofa, Aly A,  Abdullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999) hal 54
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005)
Sunyoto, Agus, Wali songo: Rekontruksi sejarah yang disingkirkan, (Jakarta: Traspustaka, 2011) hal 224
Yunus,.Mahmud “Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia”,( Jakarta: Hidakarya Agung. 1996), hal 34
Zauharini., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2000, set 6 hal 135-136