BAB I
PENDAHULUAN
Menyiarkan
agama Islam merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim, karena itu
diperintahkan oleh islam. Setiap muslim harus menyiarkan agamanya kepada orang
lain yang belum mengetahuinya. Hal ini disebabkan karena kebenaran yang
terkandung di setiap dada muslim tidak akan diam, kecuali kebenaran itu
terwujud dalam pikiran, perkataan dan berbuatan. Dan ia tidak akan merasa puas
hingga ia menyampaikan kebenaran itu pada tiap orang, sehingga apa yang ia
percayai itu juga diterima sebagai kebenaran oleh anggota masyarakat dan umat
manusia umumnya.
Islam datang
ke Indonesia dengan damai pada permulaan abad pertama Hijriyah dan tersiar
secara luas baru pada abad XIII masehi. Tersiarnya agama islam ke Indonesia juga
benua lainya adalah karena beberapa faktor yaitu sosial, politik, ekonomi dan
agama. Islam di indonesia baik secara historis maupun sosiologis sangat komplek,
terdapat banyak masalah, misalnya tentang sejarah dan perkembangan awal islam
di indonesia, oleh sebab itu para sarjana berbeda pendapat.
Dalam khasanah pendidikan
Islam, sejarah perkembangan pendidikan akan selalu menjadi kajian yang menarik
untuk dianalisis secara kritis karena akan menempatkan perkembangan pendidikan
islam dan intelektual muslim secara objektif dan komprehensif. Oleh karena itu,
akan diperoleh gambaran keberadaan, peran, dan kontribusi pendidikan Islam.
Sejarah pendidikan Islam awal di Nusantara mulai tumbuh dan berkembang pada
saat masuknya pedagang dari Arab dan Gujarat atau masukknya agama islam ke
nusantara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masuknya Islam Ke Indonesia
Sejarah pendidikan di indonesia tidak
terlepas dari sejarah peradapan islam di indonesia, sejarah awal peradapan islam di indonesia secara historis
maupun sosiologis masih banyak perbedan pendapat dikalangan para sejarawan. Ini
dikarenakan orang yang terlibat dalam kegiatan dakwah pertama itu tidak
bertendensi apapun selain tanggungjawab menunaikan kawajiban tanpa pamrih,
sehingga tidak ada catatan sejarah atau prasasti pribadi yang sengaja dibuat
mereka untuk mengabadikan peran mereka. Dan
penulisan sejarah indonesia diawali oleh golongan orientalis yang sering ada
usaha untuk meminimalisasi peran islam, disamping usaha sarjana muslim yang
ingin mengemukakan fakta sejarah yang lebih jujur.
Mengenai islam masuk ke nusantara terdapat beberapa
sejarawan yang berbeda pendapat diantaranya, Bukti pertama mengenai agama Islam
berasal dari seorang pengelana Venesia
bernama Marco polo.
Ketika singgah di sebelah utara pulau Sumatera,
dia menemukan sebuah kota Islam bernama Perlak yang dikelilingi oleh
daerah-daerah non-Islam. Hal ini diperkuat oleh catatan-catatan yang terdapat
dalam buku-buku sejarah seperti Hikayat Raja-Raja Pasai dan Sejarah
Melayu.
Bukti kedua berasal dari Ibnu Batutah ketika mengunjungi
Samudera Pasai pada tahun 1345 megatakan bahwa raja yang memerintah negara itu
memakai gelar Islam yakni Malikut Thahbir bin Malik Al Saleh.
Bukti ketiga berasal dari seorang pengelana Portugis
bernama Tome Pires,
yang mengunjungi Nusantara pada awal abad ke-16.
Dalam karyanya berjudul Summa Oriental, dia menjelaskan bahwa menjelang abad ke-13
sudah ada masyarakat Muslim di
Samudera
Pasai, Perlak,
dan Palembang.
Selain itu di Pulau Jawa
juga ditemukan makam Fatimah
binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun 1082 M dan sejumlah
makam Islam di Tralaya yang berasal dari abad
ke-13Golongan lain berpendapat bahwa Islam sebenarnya sudah masuk ke Nusantara
sejak abad ke-7 Masehi. Pendapat ini didasarkan atas pernyataan pengelana Cina I-tsing
yang berkunjung ke Kerajaan Sriwijaya
pada tahun 671. Dia menyatakan bahwa pada waktu itu lalu-lintas laut antara Arab, Persia, India, dan Sriwijaya sangat ramai.
Bukti kelima menurut catatan Dinasti Tang,
para pedagang Ta-Shih(sebutan bagi kaum Muslim Arab dan Persia) pada
abad ke-9 dan ke-10 sudah ada di Kanton dan Sumatera.
Dari uraian diatas, maka masuknya agama islam
ke indonesia secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 teori :
1. Islam disiarkan dari India
Pendapat ini dipelopori oleh sarjana belanda
diantaranya Snouck Hurgronje yang berpendapat bahwa islam datang ke indonesia
pada abad ke 13 M dari gujarat ( bukan dari arab langsung ) dengan bukti
ditemukannya makam sultan yang beragama islam pertama Malik as Sholeh, raja
pertama kerajaan samudra pasai yang dikatakan berasal dari gujarat.
Dan didasarkan pada asumsi kesamaan mazhab
Syafi’iy, kesamaan batu nisan, kemiripan sejumlah tradisi dan arsitektur india
dengan nusantara. Teori ini didukung oleh prof. Kern, R.O Winstedt, J. Gonda,
dan B.j.o Schrieke.
2. Islam disiarkan dari Arab
Pendapat ini dikemukakan oleh sarjana muslim
diantaranya prof. Hamka, hamka dan teman temannya berpendapat bahwa islam sudah
datang ke indonesia pada abad pertama Hijriyah ( ± abad ke 7 sampai 8 M )
langsung dari arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat
internasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke 13 melalui selat malak yang
menghubungkan dinasti Tang di cina ( asi timur), sriwijaya di asia
tenggara dan bani umayyah di asia barat.
Pendukung teori arab ini adalah cwawfurd,
keyzer,P.J. Veth dan syeh muhammad Naquib al attas.
3. Islam disiarkan dari Persia
Islam dari persia berdasarkan asumsi adanya
kesamaan pada sejumlah tradisi keagamaan antara persia dengan Indonesia seperti
peringatan asyura atau 10 muharram, sistem mengeja huruf arab dalam pengajaran
al qur’an khas persia, pemuliaan ahlul bait dari keluarga Ali Bin Abi Tholib.
Teori ini didukung oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat, Robert N bellah, prof. A.
Hasjmi, Prof. Aboebakar Atjeh dan Ph.S. Van Ronkel.
4. Islam disiarkan dari Cina.
Islam bersal dari cina mendasarkan pada
asumsi adanya unsur kebudayaan cina dalam sejumlah unsur kebudayaan islam di
Indonesia, terutama berdasarkan sumber kronik dari klenteng sampokong
disemarang, Teori ini didukung oleh Prof.Slamet Muljana.
Adapun dalam proses masuknya islam
dinusantara ada beberapa jalur yang digunakan untuk penyebaran islam, diantara
lain :
1. Perdagangan, yang mempergunakan sarana
pelayaran
2. Dakwah,yang dilakukan oleh mubaligh yang
berdatangan bersama para pedagang, para mubaligh itu bisa dikatakan sebagai
sufi pengembara.
3. Perkawinan , yaitu perkawinan antara
pedagang muslim, mubaligh dengan anak bangsawan Indonesia, yang menyebabkan
terbentuknya inti sosial yaitu keluarga muslim dan masyarakat muslim.
4. Pendidikan,Pusat-pusat perekonomian
itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam.
Islamisasi juga
dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan
oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu,
calon ulama, guru agama, dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar
dari pesantren, mereka pulang ke kampong masing-masing kemudian berdakwah ke
tempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh
Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren
Giri ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan agama Islam
5. Kesenian, Jalur yang banyak sekali
dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni.
6. Politik,
Di Maluku dan
Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya masuk Islam
terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat berpengaruh tersebarnya Islam di
daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia
bagian Timur, demi kempentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi
kerajaan-kerajaan non-Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara poltik banyak
menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
Penyebaran
islam ke nusantara sangat cepat berkembang ke pelosok pelosok terutama pada
abad ke 13, penduduk mulai banyak memeluk agama islam, ini dikarena beberapa faktor, faktor penyebab Agama Islam dapat cepat berkembang
di Nusantara menurut Hasbullah mengutip
pendapat Prof. Mahmud Yunus, antara lain :
a. Agama Islam tidak sempit dan berat
melakukan aturan-aturannya, bahkan mudah ditiru oleh segala golongan umat
manusia, bahkan untuk masuk agama Islam saja cukup dengan mengucap dua kalimah
syahadat saja.
b. Sedikit tugas dan kewajiban Islam
c. Penyiaran Islam itu dilakukan dengan
cara berangsur-angsur sedikit demi sedikit dengan jalan damai.
d. Penyiaran Islam dilakukan dengan
cara bijaksana.
e. Penyiaran Islam dilakukan dengan
perkataan yang mudah dipahami umum, dapat dimengerti oleh golongan bawah dan
golongan atas.
B. Sejarah Islam Masa Kerajaan Islam Dan
Islamisasi Di Berbagai Daerah
1. Kerajaan Samudara Pasai
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan
Samudra Pasai, yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik
Ibrahim bin Mahdum. Yang kedua bernama Al-Malik Al-Shaleh tahun 1292
hingga 1297 dan yang terakhir
bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad ke-15 H).
Munculnya
daerah tersebut sebagai kerajaan Islam yang pertama diperkirakan mulai abad
ke-13. Hal itu dimungkinkan dari hasil proses islamisasi di daerah-daerah
pantai yang pernah disinggahi para pedagang muslim sejak abad ketujuh, Kerajaan
Islam Samudra Pasai menjadi pusat studi agama Islam dan meru pakan tempat
berkumpul para ulama Islam dari berbagai negara Islam untuk berdis kusi tentang
masalah-masalah keagamaan dan masalah keduniawian.
Pada zaman kerajaan Samudra Pasai mencapai
kejayaannya pada abad ke-14 M, maka pendidikan juga tentu mendapat tempat
tersendiri. Mengutip keterangan Tome Pires, yang menyatakan bahwa “di Samudra
Pasai banyak terdapat kota, dimana antar warga kota tersebut terdapat
orang-orang berpendidikan”.
Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko sempat singgah
di Kerajaan Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az-Zahir, raja yang terkenal
alim dalam ilmu agama dan bermazhab Syafi’i, mengadakan pengajian sampai waktu
sholat Ashar dan fasih berbahasa Arab serta mempraktekkan pola hidup yang
sederhana. Keterangan Ibnu Batutah tersebut dapat ditarik
kesimpulan pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Pasai sebagai berikut:
a. Materi
pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah Fiqh mazhab Syafi’i.
b. Sistem
pendidikannya secara informal berupa majlis ta’lim dan halaqoh
c. Tokoh
pemerintahan merangkap tokoh agama
d. Biaya
pendidikan bersumber dari negara.
2.
Kerajaan Perlak
dan daerah Minangkabau
Kerajaan
Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh. Rajanya yang pertama Sultan
Alaudin (tahun 1161-1186 H/abad 12 M). Antara Pasai dan Perlak terjalin kerja
sama yang baik sehingga seorang Raja Pasai menikah dengan Putri Raja Perlak.
Perlak merupakan daerah yang terletak sangat strategis di Pantai Selat Malaka,
dan bebas dari pengaruh Hindu
Kerajaan
Islam Perlak juga memiliki pusat pendidikan Islam Dayah Cot Kala. Dayah
disamakan dengan Perguruan Tinggi, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab,
tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan
tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat. Daerahnya kira-kira dekat Aceh
Timur sekarang. Pendirinya adalah ulama Pangeran Teungku Chik M.Amin, pada
akhir abad ke-3 H, abad 10 M. Inilah pusat pendidikan pertama.
Rajanya
yang ke enam bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin yang memerintah antara
tahun 1243-1267 M, terkenal sebagai seorang Sultan yang arif bijaksana lagi
alim. Beliau adalah seorang ulama yang mendirikan Perguruan Tinggi Islam yaitu
suatu Majlis Taklim tinggi dihadiri khusus oleh para murid yang sudah alim.
Lembaga tersebut juga mengajarkan dan membacakan kitab-kitab agama yang
berbobot pengetahuan tinggi, misalnya kitab Al-Umm karangan Imam Syafi’i.
Pada tiap tiap negeri (desa) kaum muslimin mendirikan
sebuah masjid untuk tempat mengerjakan sembahyang jum’at dan tiap tiap kampung
mendirikan surau untuk tempat mengaji al qur’an dan tempat mengerjakan
sembahyang lima waktu. Mereka belajar pada guru seorang demi seorang dan belum
berkelas kelas, pelajaran mula mula huruf hijaiyah, setelah pandai huruf
hijaiyah baru belajar membaca al qur’an .
adapun pelajaran pada pengajian al quran ialah :
1. Membaca al qur’an ( termasuk huruf
hijaiyah )
2. Ibadah, seperti berwudhu,
sembahyang
3. Keimanan ( sifat dua puluh, hukum
wajib, mustahil dan jaiz.
4. Ahklak ( dengan bercerita )
Setelah dari belajar di pengajian al qur’an
sebagian mereka pergi ketengah masyarakat mengamalkan ilmunya ada juga yang
meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu pengajian kitab, adapun kit
terdiri dari :
1. Ilmu sharaf / nahu dengan kitab
nya kitab dhammun, al awamil, al kalamu, ajrumiah
2. Ilmu fiqh dengan kitab al minhaj,
3. Ilmu tafsir dan lain lain kitab
tafsir al jalalain
3.
Kerajaan Aceh
Darussalam
Proklamasi kerajaan Aceh Darussalam
adalah hasil peleburan kerajaan Islam Aceh di belahan Barat dan Kerajaan Islam
Samudra Pasai di belahan Timur. Putra Sultan Abidin Syamsu Syah diangkat
menjadi Raja dengan Sultan Alaudin Ali Mughayat Syah (1507-1522 M). Bentuk
teritorial yang terkecil dari susunan pemerintahan Kerajaan Aceh adalah Gampong
(Kampung), yang dikepalai oleh seorang Keucik dan Waki (wakil).
Jenjang pendidikan yang ada di Kerajaan Aceh Darussalam diawali pendidikan terendah Meunasah (Madrasah). Yang berarti tempat belajar atau sekolah, terdapat di setiap gampong dan mempunyai multi fungsi antara lain:
Sebagai tempat belajar Al-Qur’an dan Sebagai Sekolah Dasar, dengan materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca huruf Arab, Ilmu agama, bahasa Melayu, akhlak dan sejarah Islam.
Selanjutnya
sistem pendidikan di Dayah (Pesantren) seperti di Meunasah tetapi materi yang
diajarkan adalah kitab Nahu, yang diartikan kitab yang dalam Bahasa Arab,
meskipun arti Nahu sendiri adalah tata bahasa (Arab). Dayah biasanya dekat
masjid, meskipun ada juga di dekat Teungku yang memiliki dayah itu sendiri,
terutama dayah yang tingkat pelajarannya sudah tinggi.
Diantara
para ulama dan pijangga yang pernah datang ke kerajaan Aceh antara lain
Muhammad Azhari yang mengajar ilmu Metafisika, Syekh Abdul Khair Ibn Syekh
Hajar ahli dalam bidang pogmatic dan mistik, Muhammad Yamani ahli dalam bidang
ilmu usul fiqh dan Syekh Muhammad Jailani Ibn Hasan yang mengajar logika
4.
Kerajaan Malaka
Kerajaan Samudera Pasai makin berkembang dalam
bidang agama Islam, politik, perdagangan, dan pelayaran. Hubungan dengan Malaka
makin ramai, sehingga di Malaka pun sejak abad ke-14 timbul corak masyarakat
muslim. Para penganut agama Islam diberi hak-hak istimewa, bahkan telah
dibangunkan sebuah masjid untuk mereka. Para pedagang yang singgah di Malaka kemudian
banyak yang menganut agama Islam dan menjadi penyebar agama Islam ke seluruh
kepulauan Nusantara, tempat mereka mengadakan transaksi perdagangan.
Kerajaan Malaka pertama kali didirikan oleh
Paramisora pada abad ke-15. Menurut cerita, sesaat sebelum meninggal dalam
tahun 1414, Paramisora masuk Islam, kemudian berganti nama menjadi Iskandar
Syah. Selanjutnya, kerajaan Malaka dikembangkan oleh putranya yang bernama
Muhammad Iskandar Syah (1414–1445). Pengganti Muhammad Iskandar Syah adalah Sultan
Mudzafar Syah (1445–1458). Di bawah pemerintahannya, Malaka menjadi pusat
perdagangan antara Timur dan Barat, dengan kemajuan-kemajuan yang sangat pesat,
sehingga jauh meninggalkan Samudra Pasai. Usaha mengembangkan Malaka hingga
mencapai puncak kejayaannya dilakukan oleh Sultan Mansyur Syah (1458–1477)
sampai pada masa pemerintahan Sultan Alaudin Syah (1477–1488.
5.
Islam Di
Sulawesi dan Maluku
Sementara itu, kedatangan pengaruh Islam ke
wilayah Indonesia bagian timur (Sulawesi dan Maluku) tidak dapat dipisahkan
dari jalur perdagangan yang terbentang antara pusat lalu lintas pelayaran
internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku. Menurut tradisi setempat, sejak abad
ke-14, Islam telah sampai ke daerah Maluku. Disebutkan bahwa kerajaan Ternate
ke-12, Molomateya (1350–1357), bersahabat karib dengan orang Arab yg memberinya
petunjuk dalam pembuatan kapal, tetapi agaknya tidak dalam kepercayaan.
Islam
masuk di Maluku dibawa oleh muballigh dari Jawa sejak zaman Sunan Giri dan dari
Malaka. Raja Maluku yang pertama masuk Islam adalah Sultan Ternate bernama
Marhum pada tahun 1465-1486 M, atas pengaruh Maulana Husain, saudagar dari
Jawa. Raja Maluku yang terkenal di bidang pendidikan dan dakwah islam ialah
Sultan Zainul Abidin, tahun 1486-1500 M. Dakwah Islam di Maluku menghadapi dua
tantangan, yaitu yang datang dari orang-orang yang masih animis dan dari orang
Portugis yang mengkristenkan penduduk Maluku
Kerajaan
yang mula-mula berdasarkan Islam adalah kerajaan Kembar Gowa Tallo tahun 1605
M. Rajanya bernama I. Malingkaang Daeng Manyonri yang kemudian berganti nama
dengan Sultan Abdullah Awwalul Islam.
Dari
Sulawesi Selatan, agama Islam mengembang ke Sulawesi Tengah dan Utara. Islam
masuk daerah Manadopada zaman Sultan Hasanudin, ke daerah Bolaang Mangondow di
Sulawesi Utara pada Tahun 1560 M, ke Gorontalo tahun 1612 M. buku-buku lama di
Gorontalo di tulis dengan huruf Arab.
Agama
Islam yang telah kuat di Sulawesi Selatan itu menjalar masuk ke Kepulauan Nusa
Tenggara, yaitu ke Bima (Sumbawa) dan Lombok, agama Islam ini dibawa oleh
pedagang-pedagang Bugis. Sumbawa dikuasai kerajaan Gowa pada tahun 1616 M.
Pada masa pemerintahan Marhum di Ternate,
datanglah seorang raja dari Jawa yang bernama Maulana Malik Husayn yang
menunjukkan kemahiran menulis huruf Arab yang ajaib seperti yang tertulis dalam
Alquran. Hal ini sangat menarik hati Marhum dan orang-orang di Maluku.
Kemudian, ia diminta oleh mereka agar mau mengajarkan huruf-huruf yang indah
itu. Sebaliknya, Maulana Malik Husayn mengajukan permintaan, agar mereka tidak
hanya mempelajari huruf Arab, melainkan pula diharuskan mempelajari agama
Islam. Demikianlah Maulana Malik Husayn berhasil mengislamkan orang-orang
Maluku. Raja Ternate yang dianggap benar-benar memeluk Islam adalah Zainal
Abidin (1486–1500).
Diantara
ulama besar kelahiran Sulawesi sendiri ialah Syekh Maulana Yusuf yang belajar
di Makkah pada tahun 1644 M. ia pulang keIndonesiadan menetap di Banten. Banyak
santrinya datang dari Makasar, kemudian karena memberontak, dibuang oleh
Belanda ke SriLanka dan wafat di Afrika Selatan. Jenazahnya dipulangkan ke
Makasar dan dikubur disana. Ia mengarang kitab Tasawuf dalam Bahasa Arab,
Bugis, Melayu dan Jawa.
6.
Islamisasi Di
jawa
Kerajaan
islam pertama jawa yaitu demak, berdiri diikuti kerajaan cirebon dan banten di
jawa barat. Demak berhasil mengatikan majapahit, dilanjutkan oleh kerajaan
pajang, kemudian mataram, ulama ulama yang berperan dalam usaha islamisasi di
jawa adalah wali songo Adapun para wali tersebut :
- Sunan Ngampel atau Raden Rahmat dari Ampel (Surabaya)
- Sunan Giri atau Raden Paku dari Giri dekat Gresik
- Malik Ibrahim atau Maulana Magribi dari Gresik
- Sunan Drajat dari Sidayu Lawas
- Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim dari Tuban
- Sunan Kudus
- Sunan Murya
- Sunan Kalijaga atau Seda Lepan atau Sahid Djaka dari Kadilanggu
- Sunan Gunung Jati dari Gunung Jati utara Cirebon
Kesembilan
wali tersebut dapat digolongkan atas tiga golongan, yaitu para wali di Jawa
Timur, para wali di Jawa Tengah, para wali di Jawa Barat. Beberapa nama wali
lokal : Syeh Abdulmuhyi dari Pamaijahan (Tasikmalaya), Syeh Siti Jenar atau
syeh Lemah Abang dari Pamlaten (Cirebon), Sunan Geseng dkk dari Tirta
(Magelang), Sunan Tembayat atau Ki Pandanarang dari Bayat (Klaten), Sunan
Panggung dari Tegal
Wali songo melakukan proses
Islamisasi dengan menghormati dan mengakomodasi tradisi masyarakat serta
institusi pendidikan dan keagamaan sebelumnya. Padepokan diubah secara
perlahan, dilakukan perubahan sosial secara bertahap, mengambil alih pola
pendidikan dan mengubah bahan dan materi yang diajarkan dan melakukan perubahan
secara perlahan mengenai tata nilai dan kepercayaan masyarakat, perubahan
sosial, tata nilai, dan kepercayaan. Hal ini menciptakan alkulturisasi budaya
termasuk pedoman hidup masyarakat, pemenuhan kebutuhan hidup, dan operasionalisasi
kebudayaan melalui pranata-pranata sosial yang ada di masyarakat, yaitu pedoman
moral atau hidup, etika, estetika, dan nilai budaya (adanya simbol-simbol dan
tanda-tanda). Proses akulturisasi yang berjalan dengan baik akan menghasilkan
integrasi unsur kebudayaan asing dengan kebudayaan setempat. Menurut Coser dan
Rosenberg, kelompok primer yaitu agen sosialisasi (Wali Songo) yang
menggerakkan pengalihan kepercayaan, pedoman hidup, dari agama Hindu-Budha
menjadi Islam.
DAFTAR PUSTAKA
A. Hasymy, Sejarah masuk dan Berkembangnya islam di Indonesia,
( Bandung: AlMaarif, 1981) hal 358
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di
Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal 19-20
http://afifahchen.wordpress.com/2011/07/22/sejarah-pendidikan-islam-di-indonesia/,
http://garuda-bangsa.blogspot.com/2012/03/masa-transisi-dan-proses-islamisasi-di.html
http://garuda-bangsa.blogspot.com/2012/03/masa-transisi-dan-proses-islamisasi-di.html
Ibrahim, M, et.al., Sejarah Daerah Propinsi
Daerah Istimewa Aceh, Jakarta : CV. Tumaritis, 1991, hal 61
Mustofa, Aly A,
Abdullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung : CV.
Pustaka Setia, 1999) hal 54
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam
Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005)
Sunyoto,
Agus, Wali songo: Rekontruksi sejarah yang disingkirkan, (Jakarta:
Traspustaka, 2011) hal 224
Yunus,.Mahmud
“Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia”,( Jakarta: Hidakarya Agung. 1996), hal 34
Zauharini., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta
: PT. Bumi Aksara, 2000, set 6 hal 135-136